Di era tahun 70-an, lagu Enthit ini sangat popular. Dilantunkan oleh penyanyi Waljinah dengan gaya yang prenes (sembrono tapi romantis). Ada kesan canda di sana, tapi ada pula kesan cinta kasih. Pada era itu masih marak media rekam berupa pita kaset, dengan teknologi tape recording dan amplifikasi mono, melantangkan suara ke angkasa melalui loudspeaker berbentuk corong. Rekaman Lokananta itu walau masih menggunakan teknologi rekaman yang lawas, tetapi kualitas suaranya cukup lumayan. Rekaman Lokananta dianggap paling top waktu itu.

Lagu Enthit ini terinspirasi dari cerita Panji. Panji Asmarabangun yang berkelana, pergi dari kerajaan Jenggala. Adiknya yang bernama Ragil Kuning kemudian mencari dengan melakukan pengembaraan ke pelosok negeri. Sampailah Ragil Kuning di sebuah desa dan di sana ada seorang pemuda yang buruk rupa, suaranya sengau, tetapi sangat pandai dalam bercocok tanam. Pemuda itu bernama Enthit.
Dari peristiwa pertemuan kakak-beradik yang sama-sama menyamar itulah digubah sebuah lagu berjudul Enthit yang dipopulerkan oleh Waljinah. Gubahan lagu itu diawali dengan intro berupa bawa lagu Kinanthi.
Mideringrat angelangut (Berkeliling ke pelosok negeri)
Ragil Kuning angupadi (Dewi Ragil Kuning tengah mencari kakaknya)
mendrane Panjiasmara (Panji Asmarabangun yang pergi)
kang mimba dadi wong tani (menyamar sebagai petani)
Sang Dyah Ayu sru kasmaran (Ragil Kuning jatuh hati)
Anyawang tegal lan sabin (menyaksikan tanaman di tegalan dan sawah)Wus namur sang Panji, Si Enthit kang nami (Sedang menyamar Sang Panji dengan nama Enthit)
Anangga tegalan, bindheng pisan (menunggu tanaman di sawah, suaranya sengau)
Ragil Kuning ngerti bakal bali, mulane gya ndangu (Ragil Kuning mempunyai feeling kalua kakaknya akan kembali, segera ia bertanya)
Si Enthit kang lagi turu. (kepada Enthit yang sedang terbaring)
Di tengah lagu dideskripsikan canda antara Ragil Kuning dan Enthit dalam gaya sembrana-parikena (canda ria tapi masih dalam batas etika yang santun, dalam suasana saling menggoda antara laki-laki dan perempuan) kesannya bikin gregetan.
Ending lagu menyatakan bahwa akhirnya penyamarannya Si Enthit terbongkar. Enthit berusaha untuk memeluk si Ragil Kuning, tetapi Ragil Kuning menghindar. Tidak sengaja sebuah keris kecil sakti (cundrik) mengenai sang kakak. Enthit pun kembali ke ujud semula sebagai Panji Asmarabangun.
Cerita ini diakhiri dengan bahagia dan mereka kemudian Bersama-sama kembali ke Kerajaan. Panji Asmarabangun akhirnya bertemu dengan isterimya Dewiu Galuh Candrakirana.