Acara bertajuk Lomba Melukis, Menggambar dan Mewarnai Tema “Panji”, yang bertempat di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat No 12, Jakarta, Minggu (8/7/2018) lalu, menjadi kegiatan pertama yang mengawali “Festival Panji Internasional 2018” yang digelar pada 10-13 Juli, di Kota Jakarta.
Sebelumnya, Festival Panji Internasional 2018 yang melibatkan tiga negara, yaitu Indonesia, Thailand dan Kamboja ini, juga digelar di Kota Denpasar, Pandaan, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, dan Yogyakarta. Selama Festival ini ditampilkan acara berupa Pergelaran, Workshop, Seminar Internasional, Kunjungan Budaya, Lomba-lomba, Pameran, dan Penerbitan.
“Panji juga meliputi berbagai hal, sastra, seni rupa. Kita semua menyaksikan bahwa seni candi, di Jawa Timur terutama, banyak ditemui relief-relief cerita Panji. Cerita Panji adalah cerita yang berasal dari Indonesia yang sudah disahkan oleh Unesco sebagai Memory of The World,” kata Eri Gunawan, Ketua Panitia Pelaksana Festival Panji Internasional 2018, saat memberi sambutan dan sekaligus membuka acara, mewakili Direktur Kesenian.
Di Lomba Melukis, Menggambar, dan Mewarnai ini nanti, masih kata Eri Gunawan, para Juri akan memilih para pemenang. Dan karya-karya yang terpilih akan ikut dipamerkan pada Pameran Panji Internasional di Perpustakaan Nasional Indonesia.
Lomba yang digelar di Museum Nasional ini terdiri dari tiga jenis. Pertama, Lomba Mewarnai Gambar Panji untuk usia 5-8 tahun, yang diikuti sekitar 60-an peserta. Kedua, Lomba Menggambar Panji untuk usia 9-12 tahun, yang diikuti sekitar 29 peserta. Dan ketiga, Lomba Melukis Panji untuk usia 13-18 tahun, yang diikuti sekitar 11 peserta. Sebenarnya, peserta yang mendaftar lebih banyak daripada peserta yang datang ke acara lomba.
“Memang ini kan kita agak, apa ya, agak kesulitan untuk mengenalkan cerita Panji ke mereka. Jadi sepertinya tadi juri membebaskan mereka untuk berkreasi, ya. Karena Panji itu bisa muncul jadi wujudnya topeng, bisa wayang, bisa cerita rakyat. Jadi mungkin diserahkan ke mereka ya, sesuai dengan pengetahuan mereka, sesuai dengan pemahaman mereka,” ujar Sri Patmiarsi Retnaningtyas, Penanggungjawab Kegiatan Lomba, tentang tema Panji.
Sri Patmiarsi, yang juga dari Museum Nasional, mengakui ada kemungkinan cerita Panji memang belum terlalu populer di lingkungan anak-anak. Sehingga target 100 peserta untuk lomba mewarnai, 100 peserta untuk menggambar, dan 50 peserta untuk lomba melukis belum tercapai. Selain itu, hari Minggu yang bersamaan dengan situasi Car Free Day (CFD), membuat akses ke Museum Nasional menjadi agak sulit untuk peserta yang ingin datang.
Masih menurut Sri Patmiarsi, Museum Nasional sendiri memiliki koleksi yang berkaitan dengan cerita Panji. Para peserta Lomba Melukis, Menggambar, dan Mewarnai Tema “Panji”, juga sempat diperlihatkan sebagian koleksi Panji milik Museum Nasional, agar mereka ada gambaran.
Sementara, menurut Wardiman Djojonegoro, Direktur Program di Panitia Festival Panji Internasional 2018, hakekat Panji adalah kreativitas. Dimulai dengan cerita rakyat, sangat populer. Dari cerita itu kemudian menjadi tari, ada Tari Panji di mana-mana. Kemudian ada Ketoprak Panji. Ada Wayang Panji, ada Wayang Beber, Wayang Kethuk, Wayang Jantur. Dan di dalam Wayang Beber ada membuat lukisan, jadi kreativitas. Di dalam Wayang Jantur ada membuat wayang golek. Di dalam tarian ada membuat topeng.
“Jadi Panji hakekatnya adalah kreativitas. Tidak terbatas kepada menulis tapi juga menari, melukis. Jadi lukisan Panji itu bagus-bagus di Wayang Beber. Jadi sekarang kita mau giatkan supaya anak-anak kenal, senang dengan Panji lagi,” terang Wardiman Djojonegoro, yang merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, kepada KerisNews.com di Museum Nasional saat acara Lomba Melukis, Menggambar dan Mewarnai Tema “Panji”.
sumber : kerisnews.com